Berpetualanglah seluas-luasnya,menulis dan belajarlah sebanyak-banyaknya,cari pengalaman sedalam-dalamnya,bercita-citalah setinggi-tingginya,berdoa dan tawakal sesering-seringnya,kamu akan menemukan dirimu di sana

Rabu, 03 April 2013

Uniknya Keragaman Bahasa Daerah (Imbuhan "mah,teh,da,og,tak,to,nak,wae/we")


           Saat anda membaca judulnya apakah anda sudah familiar dan paham betul dari daerah mana imbuhan itu berasal? Tidak tau? Atau hanya tau sebagian? Berarti mungkin anda bukan berasal dari daerah tersebut atau bukan blasteran seperti saya.hahaha... Imbuhan "teh,mah,da,wae,we" merupakan imbuhan dari bahasa Sunda; dan "to,og,nak,tak,wae" imbuhan yang asalnya dari bahasa Jawa. Saya yang notabennya adalah seseorang yang lahir di tanah Sunda dan sejak sekolah dasar pelajaran bahasa Sunda telah menjadi mata pelajaran yang mau tidak mau harus saya pelajari karena ada di kurikulum membuat saya mengerti bahasa Sunda. Namun saya dibesarkan dengan adat istiadat suku Jawa,orang tua yang menggunakan bahasa Jawa dalam percakapannya,dan keluarga besar saya yang asli kelahiran Jawa tepatnya Jawa Tengah membuat saya dapat mengerti secara pasif bahasa Jawa. Sebab itu saya bilang saya blasteran.hehe... Bukan blasteran luar negeri tapi blasteran budaya.hahaha... Diantara anda tentu ada yang mengalami hal serupa seperti saya. Anda tersenyum saat saya bilang mengalami hal serupa? Berarti anda memang mengalaminya. Dari beberapa contoh imbuhan yang saya berikan,mana yang paling sering anda gunakan? Semua? Sebagian? Tidak sama sekali? Atau mungkin pernah anda dengar?
 sumber gambar:
 oediku.wordpress.com


 

sumber gam

         Di tv,radio,terminal,stasiun,atau tempat umum lainnya? Saya akan bahas sedikit dimulai dari imbuhan "teh".    Anda pernah nonton tv? Pernah dong ya... Tau iklan sebuah produk susu yang diperankan oleh dua orang anak yang memperdebatkan "teh" ini? Jika anda lupa,baik akan saya ingatkan. Begini cuplikan percakapannya anak1 : "ini teh susu" anak2 : "bukan,itu susu engga pakai teh" anak1 : "tapi,ini teh susu" Semua yang menyaksikan iklan ini tentulah sudah tau bahwa teh yang dimaksud anak1 adalah imbuhan teh dalam bahasa sunda karena ia pun mengucapkannya dengan gaya khas logat sunda. Namun anak2 mengira teh tersebut adalah teh yang merupakan minuman dan ia menyangkalnya karena yang dihadapannya memang segelas susu bukan segelas teh atau campuran keduanya. Uniknya keragaman bahasa. Kalau tidak salah, berarti benar, produk susu ini kembali menelurkan sebuah iklan dengan tema yang sama yaitu bahasa daerah dengan mengangkat kata "tulang" namun saya tak ingat betul. Ada yang hendak mengingatkan?. Contoh selanjutnya adalah imbuhan "mah dan da". Untuk yang satu ini saya juga termasuk yang sering menyisipkannya, contohnya di kalimat ini "kalau kata aku MAH ya" "DA temen-temen aku juga gitu" "aku juga percaya DA". Saya baru menyadari bahwa saya terlalu sering menggunakan imbuhan-imbuhan tersebut saat saya berbincang dengan orang-orang yang biasa berbahasa jawa. Kan jadi agak aneh karena mereka pun tidak terbiasa mendengar kata itu.hehe.. Gimana yaa,itu sih kebiasaan karena lama di lingkungan Sunda. Mari kita berjalan menuju provinsi Jawa Tengah ^o^. "pancen og" "tak bawain ya" "nak kamu pengennya begitu" "jangan kaya gitu to"

Itulah beberapa kalimat yang biasa saya dengar saat beberapa bulan terakhir tinggal di beberapa kota di provinsi Jateng yang sudah tentu membuat kuantitas mendengar bahasa jawa saya menjadi lebih banyak. Selain itu membuat kosa kata bahasa jawa saya bertambah.hehe...
Saya memang tidak terlalu paham grammar atau tata bahasa jawa jadi jika ada yang salah di penulisannya maaf ya.. (aduh saya boros kata ya? Udah pake jadi ada jika juga lg.hehe)
Jika saya perhatikan secara seksama (nurunin kacamata ala profesor.hahaha) sebagian besar imbuhan adalah penegasan terhadap kata sebelumnya. Contoh lagi ya, "emang mirip og" og nya itu penegasan. Nah kalau "tak" dalam bahasa jawa bisa bermakna "sini" tapi bisa juga bermakna lain. Berbeda dengan "tak" nya bahasa Indonesia yang berarti tidak.
Satu lagi yang belum kita bahas adalah imbuhan "wae". Imbuhan yang satu ini ada di kedua bahasa loh,hanya pengucapannya yang sedikit berbeda sesuai logat masing-masing.
Ah mer nih kebanyakan ketawa,tadinya mau bikin tulisan yang serius dan so ilmiah gagal deh.hehe..
Pada dasarnya imbuhan itu sekedar pemanis dan pengaruh kebiasaan yang tak memiliki arti. Jika imbuhan tersebut dihilangkan tidak akan mengubah maksud dari kalimat yang disampaikan. Ada baiknya saat anda belajar bahasa Indonesia anda tidak menyertakan imbuhan bahasa daerah meski rasanya ada yang kurang jika tidak dipakai, karena jika digunakan bersiaplah anda akan mendapat protes dari guru bahasa indonesia anda. Tapi gimana lagi kalau keceplosan? Hahaha....
Mari kita tetap melestarikan bahasa daerah dengan tetap menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Ngomong-ngomong saya sedang ingin belajar logat dan bahasa jawa nih supaya bisa bahasa jawa aktif. Lebih bagus lagi kalau bisa basa kromo nya. Kalau di bahasa sunda saya ingin belajar basa lemes/halusnya (di jawa basa kromo nama nya). Senang saya mendengar logat-logatnya. Sekarang sedikit-sedikit saya mulai aktif dengan bahasa jawa dan akibatnya bahasa saya jadi campur aduk ada bahasa indonesia,jawa,dan sunda nya kadang tambah inggris dengan bumbu logat sunda yang samar. Seringkali juga saya jadi bingung dengan kosa kata yang baru saya sebut itu bahasa jawa atau sunda.
Kalau kata duta bahasa jawa barat:
Bahasa Daerah itu pasti
Bahasa Indonesia itu wajib
Bahasa Asing itu perlu
Keywords: bahasa daerah, bahasa jawa, bahasa sunda, ragam bahasa, pentingnya bahasa daerah, bahasa, basa, boso, imbuhan.

1 komentar:

terima kasih atas kunjungannya....
tinggalkan jejak anda dengan berkomentar :)