Berpetualanglah seluas-luasnya,menulis dan belajarlah sebanyak-banyaknya,cari pengalaman sedalam-dalamnya,bercita-citalah setinggi-tingginya,berdoa dan tawakal sesering-seringnya,kamu akan menemukan dirimu di sana

Minggu, 13 Desember 2015

PPRF part 1

Kompetisi adalah salah satu cara mengukur kemampuan diri. Tak hanya mengukur kemampuan diri dengan berkompetisi kita juga bisa mendapat pengalaman baru dan teman baru.
Semester 5 ini merupakan semester yang penuh cerita bagi saya pribadi. Tidak hanya karena mata kuliah yang hampir sebagian besar harus dieksekusi seperti mata kuliah Manajemen Pemasaran Sosial dan Kampanye Public Relation. Namun cerita lain diluar kuliah harian yang biasa dijalani.
Salah satunya adalah kompetisi The 4th Padjadjaran PR Fair. Di kompetisi yang diselenggarakan di kampus Unpad Jatinangor ini, saya bersama tujuh delegasi lain dari Undip sama-sama berjuang dan memberi semangat. Kompetisi yang berfokus pada permasalahan public relation ini terdiri dari 3 mata lomba yaitu OlymPRDay (Riset dan Strategi PR), PRCreation (Kreatif PR), PR Student Forum (Debat PR). Di tim OlymPRDay ada saya, Darryl, dan Suzka. PR Creation terdiri dari Maul, Ade, Aca dan PRSF dipegang oleh Kak Gusti dan Hanny.
(Kiri-Kanan; Ade, Kak Gusti, Hanny, Suzka, Aca, Meriza, Maul, Darryl)
(yang lain upload di IG, berhubung saya tidak punya IG maka blog pun jadi.hehehe)

Saya mulai cerita dari keberangkatan ya,, katanya orang lebih ingin tau proses dibanding hasil.
Kami semua yang terbagi dalam tiga tim ini telah mengirimkan brief pertama dan dinyatakan lulus ke tahap selanjutnya dimana kami semua akan berangkat ke Bandung dan Jatinangor. Mulailah kami disibukkan dengan mengurus tiket kereta api, perizinan ke kampus, proposal, akomodasi, juga pengerjaan brief kedua ditengah musim tugas yang banyak.

Kereta kami berangkat selasa malam, karena Rabu pagi kami diharuskan sudah tiba di Kampus Unpad. Kami berenam berangkat dari stasiun Tawang,Semarang, Hanny dan Ade berangkat dari Jakarta karena sedang kompetisi di sana. Ini pengalaman pertama saya naik kereta jarak jauh. Biasanya saya naik kereta jarak pendek saat tinggal di Bandung di jalur Padalarang, Cimahi, Bandung, Kiaracondong, Cibiru.

Di perjalanan, saya, Suzka, dan Darryl harus tetap membuka laptop untuk menyelesaikan brief 2 yaitu analisis situasi mengenai kecintaan pangan lokal Indonesia lengkap dengan membuat presentasinya. Ya seperti kerja tim lainnya, saat waktu mulai mendekati pukul 00.00 wib, kondisi masing-masing orang dalam tim mulai panas dan hawanya pada mau marah. Saya coba tetap fokus dan tenang plus dibri semangat dari anggota delegasi lainnya yang sudah santai karena tidak mengerjakan brief 2. Akhirnya pukul 23.55 wib kerjaan kami terkirim ke email panitia. Selesainya saya tidak bisa tidur karena saya duduk di kursi terluar yang tentunya bisa tersenggol oleh orang yang lalu lalang ditambah guncangan kereta.

Rabu pagi pukul 04.00 wib kami tiba di stasiun Bandung. Sambil menunggu langit diluar terang, kami mencari sarapan dan sholat. Sarapan jam 4 pagi bukan pilihan yang bagus, tapi kami lapar. Akhirnya kami makan makanan siap saji yang dijual di toko waralaba serba ada, saya sediri memilih mie instan cup kemasan karena ingin kesegaran kuahnya :)
Melanjutkan perjalanan pukul 05.30 naik angkot ke baltos lalu dari baltos naik shuttle ke Jatinangor.
Di pos shuttle yang kami tumpangi, kami menunggu beberapa menit kedatangan LO yang akan menjemput kami. Oia sebelumnya karena ide kak Gusti kami membeli sekotak brownies untuk LO di stasiun Bandung. Niat awalnya bawa buah tangan dari Semarang, tapi apa hendak di kata, kami semua ribet sama barang bawaan sendiri dan di stasiun juga males gerak buat beli.hehehe..

Yang ditunggu tiba juga, saya bertemu dengan LO delegasi Undip yaitu Sherly. Dia juga yang pertama kali menghubungi saya agar membentuk grup line bersama LO untuk memudahkan komunikasi. Selanjutnya dibawalah kami semua ke asrama mahasiswa di dalam kampus yang menjadi penginapan kami selama 4 hari kedepan.

Kami istirahat hingga pukul 13.00 WIB dan dilanjutkan dengan opening ceremony yang dilaksanakan di auditorium pascasarjana komunikasi lalu kami berkunjung ke food festival yang diselenggarakan panitia.

Rabu, 03 Juni 2015

Boneka Horta Ala IAAS

Apa itu IAAS? Saya juga baru mengetahui apa itu IAAS saat saya bergabung bersama organisasi yang memiliki pusat di Belgia ini. IAAS merupakan organisasi internasional yang bergerak di bidang pertanian. Merupakan asosiasi mahasiswa yang memiliki local committe di beberapa Ungniversitas di berbagai negara.
Apakah saya tertarik dengan bidang pertanian dan lingkungan? mungkin.... saya tertarik dengan isu lingkungan namun mengenai pertanian dan pangan saya mengetahui dasarnya saja. Saya tahu bahwa makanan pokok saya sebagai orang Indonesia adalah nasi. Dan nasi yang berasal dari tanaman padi adalah salah satu produk pertanian, kebetulan kakek saya juga petani..
Di IAAS sendiri saya bergabung di departemen public relation karena saya merasa itu berkaitan dengan bidang keilmuan yang saya pelajari yaitu ilmu komunikasi.
Salah satu kegiatan IAAS tahun ini adalah IAAS Goes to School dimana tujuannya adalah lebih mengenalkan sejak dini terkait lingkungan, pangan, dan pertanian pada anak-anak.

Berikut adalah salah satu artikel yang saya buat sebagai penerapan public relation di IAAS LC Undip
Boneka Horta Cara IAAS LC Undip Kenalkan Pertanian Pada Anak SD

DynamicLearning ID

Sekitar setahun lalu, kami berdua (saya dan Dewi) melintasi gedung B lantai dua di kampus tempat kami menuntut ilmu. Terlihat sekilas ada spanduk baru yang terpasang bertuliskan nama mahasiswa yang berhasil lulus proposal PKM lima bidang dari Dikti. Sesaat itu juga saya berharap di tahun depan nama saya Meriza Lestari juga bisa terpampang di tengah-tengah kampus yang identik dengan warna orange. Dan tahun depan itu adalah saat ini, di mana apa yang saya harapkan saat itu telah berhasil. Proposal program kreativitas mahasiswa bidang pengabdian masyarakat yang kami susun dinyatakan lulus didanai oleh Dikti dan tentu saja kami berkewajiban melaksanakan apa yang sudah tertulis di proposal. Saya bersama Dewi, Rudi dan Ahmad bersama-sama melaksanakan program tersebut.
Diawali dengan kegiatan survei lokasi, bertemu dan meminta izin dengan warga untuk mengadakan kegiatan dynamic learning, hingga proses pelaksanaannya. Kegiatan ini merupakan kegiatan pkm pengabdian masyarakat pertama yang kami berempat laksanakan. Sehingga jika sering muncul kebingungan di tengah jalan adalah hal biasa.
Kegiatan ini bernama dynamic learning. Yaitu pembelajaran yang dinamis, karena pembelajaran yang kami laksanakan dapat dilaksanakan di mana saja dan kapan saja. Kata dynamic sendiri tanpa sengaja terlintas dibenak saya dan Dewi pada saat itu. Kebetulan terinspirasi dari tagline jurusan saya dan Dewi karena kami satu jurusan, tagline nya adalah fun, smart, and dynamic.
Kegiatan dynamic learning berfokus pada pemberdayaan anak jalanan, karena kami melihat angka anak yang turun ke jalan di kota Semarang sangat banyak. Data terbaru yang kami dapat bulan April lalu adalah 900 anak jalanan dan 350 diantaranya aktif. Pelaksanaan kegiatan dynamic learning sendiri memiliki pilot project di Gunung Brintik Semarang, karena di kawasan tersebut adalah kawasan dengan penduduk yang sebagian besar adalah anak jalanan, rentan turun ke jalan, atau mantan anak jalanan. Lokasinya dekat dengan pemakaman umum Bergota.
Awal-awal saya mengunjungi kawasan tersebut, saya memang cukup kaget. Karena sebagian besar rumah warga berlokasi sangat dekat dengan pemakaman. Bahkan saat anda membuka pintu rumah, di depan pintu anda langsung terdapat makam. Lokasinya ada di daerah perbukitan dekat dengan pusat kota.
Pada dasarnya anak jalanan yang kami temui di lokasi sebagian besar masih tetap bersekolah namun tetap mengamen atau berjualan koran di sore hari nya. Namun ada juga yang murni anak jalanan dari pagi hingga petang berada di jalan.

twitter: @dynamiclearnID

Jumat, 27 Februari 2015

It is a gift from a friend

Sekitar 3 tahun yang lalu, saya dipertemukan dengan seseorang yang tentunya sebaya dengan saya karena kami sekelas. Saya ingat, dulu ia mengontak saya untuk pertama kalinya memberikan tawaran untuk duduk sebangku dengannya. Alasan yang sama karena saya juga belum menemukan teman sebangku padahal ada seseorang yang cukup dihindari untuk menjadi teman sebangku meski kadang kami merasa jahat menghindarinya. Istilah lainnya bukan sebangku tapi berdampingan karena posisi meja perorangan digabung dua-dua.

Dia teman sebangku saya Asmi Dewi R namanya. Saya baru kenal di kelas 3 SMA saat itu, dua tahun sebelumnya mungkin kami pernah berpapasan tapi tidak mengenal. Kebetulan ia adalah seorang putri dari guru matematika di SMA kami.

Kebiasaan nya saat kami sekelas adalah selalu mengajak saya ke kantin setelah jam pelajaran pertama selesai. Jeda antar pelajaran benar-benar di manfaatkan olehnya untuk mengisi perut. Ia berkata bahwa dirinya tak pernah sarapan sebelum pergi sekolah karena memang tidak bisa sarapan pagi-pagi selain itu ibunya terkadang belum masak.

Di kelas kami sistem duduk di gilir. Tidak selalu duduk di paling depan atau paling belakang tetapi bergeser setiap hari hingga merasakan semua posisi dengan sistem mengular. Saat kebagian duduk di paling belakang, kami pasti membuat sedikit kegaduhan. Mata kami berdua minus. Meski sama-sama memakai kacamata, kami berdua memperkecil ukuran minus kacamata yang kami gunakan sehingga saat berada dalam posisi jauh tulisan sudah samar. Alhasil seringkali saya atau Asmi bergantian memakai kacamata dobel. Jika saya yang memakai kacamata saya di dobel dengan kacamatanya, maka ia akan melihat catatan saya. Begitupun sebaliknya. Tapi yang lebih sering adalah saya melihat catatan Asmi dan dia meminjam kacamata saya karena ia sering mengeluh kecepatan saya mencatat kurang cepat.

Hal lain yang saya ingat mengenai teman sebangku saya ini adalah ia selalu membawa kertas minyak.

Hari ini ulang tahunnya dan saya ucapkan selamat ulang tahun :D

Semoga segala yang dicita-citakan dapat tercapai, dikuatkan pundaknya untuk menghadapi ujian hidup, selalu dibukakan pintu rezekinya, diberikan kesehatan.. amin
Happy Birthday

Senin, 23 Februari 2015

Thanks Mom

Thanks mom, untuk semua hal yang telah diberikan. Ya meski saya tau, mama engga akan baca tulisan ini karena engga bisa buka internet. Tapi banyak hal yang saya syukuri karena punya mama seperti mama.
Saya yang sejak dulu selalu diberi kepercayaan dalam hal apapun. Membuat saya sangat bersyukur karena kepercayaan yang diberikan memudahkan saya untuk melangkah.
Saya bersyukur karena saya tidak perlu sembunyi-sembunyi jika ingin pergi bermain. Kenapa? karena mama percaya dan karena saya menjelaskan sebelum pergi.
Pernah suatu saat saya pulang sekolah pukul 16.00 WIB. Biasanya saya tiba di rumah sebelum,sesaat,atau sesudah maghrib. Tergantung macetnya jalan. Setelah pulang saya mengirim sms singkat dan berkata "ma, aku ada kegiatan jadi pulang telat". Saat itu saya pergi ke sebuah talkshow di radio bersama komunitas saya. Saya pulang sekitar pukul 22.00 Wib. Tapi sampai di rumah saya tidak banyak di tanya, kenapa pulanh sangat telat. Dari rumah saya ke SMA saja butuh waktu sekitar 45 menit. Apalagi jika pergi lebih jauh.
Saat meminta uang untuk membeli buku atau pergi main saya merasa dimudahkan. Saya termasuk yang setiap hari diberi uang jajan, bukan yang mingguan atau bulanan. Kenapa saya merasa dimudahkan? bukan berarti orang tua saya memberi uang begitu saja tetapi saya dipercaya. Saat anak seumuran SMA meminta uang membeli buku, biasanya mereka meminta lebih dari yang seharusnya untuk menambah uang saku. Saya? sama saja tapi bilang. Sebagai contoh saat saya harus membeli LKS seharga Rp 7500 saya akan minta Rp 10.000 tapi saya bilang bahwa harga buku hanya Rp 7500 dan kembaliaannya buat saya ya. Bekal/uang saku saya saat SMA adalah Rp 10.000 sehari dan Rp 5.000 untuk ongkos pulang karena berangkatnya saya diantar.
Terakhir yang paling saya syukuri adalah mama selalu percaya pada semua mimpi dan cita-cita yang saya miliki. Mama selalu mendukung dan percaya pada keputusan dan tindakan saya ambil, sesulit apapun mama percaya saya bisa menyelesaikannya.

Minggu, 22 Februari 2015

Our Trip - part 1

Usianya hanya beda dua tahun dengan saya. Seorang perempuan yang dulu saat rambut catok atau smoothing atau rebonding dan usaha pelurusan rambut lainnya mulai booming tak pernah dilewatkannya. Hampir setiap tahun rambutnya diluruskan. Tapi lucu nya, ia pasti meluruskan rambutnya itu sehari sebelum keberangkatannya mudik lebaran. Baru dua tahun belakangan semenjak ia kuliah, ia menghentikan kebisaan meluruskan rambutnya. Ya karena sudah bagus dan terlihat alami. Padahal sebelumnya ia memang tak memerlukan berbagai jenis pelurusan rambut tersebut karena pada dasarnya rambutnya sudah lurus. Yang sering menjadi masalah baginya adalah berat badan, meski menurutku meski ia sedikit gemuk tapi berat badannya tak berlebihan. Pernah suatu waktu saat kami makan malam bersama, ibunya berkata padanya “Mba Wi itu minum air putih aja bisa jadi lemak”. Dia sepupuku, biasa dipanggil Tiwi.
Banyak hal lucu atau bahkan mengarah ke hal bodoh terjadi diantara kami. Bahkan saat usianya sudah memasuki usia 21 tahun dan usiaku 19 tahun, tetap saja hal itu terjadi. Ini tentang perjalanan yang baru saja kami lakukan. Sekitar tanggal 3 Januari 2015, ia sedang libur semester dan berada di rumah nenek kami di Boyolali. Sebetulnya saya masih melaksanakan ujian akhir semester, namun ada jeda libur beberapa hari. Kami melakukan perjalanan dengan mengendarai sepeda motor matic berwarna biru milik sepupu kami yang lain. Bicara tentang perjalanan, ada satu hal yang mengingatkan kebersamaan kami. Dulu sekitar 7-9 tahun yang lalu. Saya dan dia duduk di bangku paling belakang mobil dalam perjalanan mudik lebaran dari Bandung ke Jawa (dulu kami menamai rumah nenek di Boyolali sebagai Jawa, padahal Bandung juga termasuk Jawa. Jika belum ke rumah nenek saya berarti belum ke Jawa). Saat sampai di kawasan cadas pangeran yang begitu berliku, kami terus bercanda sambil makan makanan yang sudah dipersiapkan sebagai bekal mudik. Sebelumnya kami sudah dimarahi supaya duduk dengan tenang karena jalan begitu berliku. Oia saat itu di bangku belakang tidak kami saja, namun kami duduk penuh sesak bersama saudara kami yang lain. Tiba-tiba *hoek* kami berdua muntah secara bersamaan, benar-benar di waktu yang sama. Kami menyadari bahwa bahan bakar dari motor biru ini tinggal sedikit. Tapi kami berencana mengisi bensin di daerah Simo, salah satu jalan yang akan kami lewati. Namun baru sampai di tikungan pertama sekitar gunung madu mesin motor tersebut berhenti. “Ah di depan ada jalan menurun” seru saya. Tanpa perlu turun dari motor kami sedikit berusaha menggerakkan motor maju ke bagian jalan menurun, dan tepat di tengah-tengah jalan menurun ada pos bensin. Pos dan bukan Pom karena itu adalah tempat penjual bahan bakar eceran yang disimpan dalam botol. Kami hanya mengisi satu liter bensin jenis premium dan melanjutkan perjalanan. Tujuan kami adalah stasiun Balapan Solo atau stasiun Purwosari Solo.
Keraguan di mulai. Kami yang tidak begitu hafal jalan karena hanya beberapa kali pergi ke Solo sendiri dari rumah nenek kami yang berada di salah satu desa di Kabupaten Boyolali. Biasanya kami hanya menjadi penumpang yang baik, dan lebih serinng berujung pada tidur di tengah jalan dan tau-tau sampai. 1 2 Seharusnya kami lurus terus dan baru belok kiri di no 2, tapi nyatanya kami sudah belok di perempatan pertama. Karena ada petunjuk jalan yang tertulis bahwa Solo belok kiri. Kami merasa asing dengan jalan yang kami lalui, tapi dengan keyakinan petujuk jalan tadi dan meyakinkan diri bahwa jalan yang kami lalui ini pasti tembus ke suatu jalan raya 4 jalur maka kami tetap saja lanjut. Melewati beberapa desa dan semakin asing. Seharusnya jika kami melalui jalur yang biasa di lewati (saya lupa nama jalannya), kami melewati bandara Adi Sumarmo. Ternyata saat sampai di jalan raya kami menjumpai tulisan jalan raya Solo-Purwodadi. Oke kami salah. Pantas saja terasa lama sekali. Tapi masih ada kata Solo dari jalan Solo-Purwodadi dan kami merasa baik-baik saja. Dengan berbekal papan berwarna hijau yang ada di jalan sebagai petunjuk jalan kami terus mengikuti arah menuju Solo. Saat berada di tengah jalan, saya rasa di jalan yang dekat dengan taman Balekambang, hujan turun sangat deras. Kami meminggirkan motor dan berteduh, mengecek jok motor apakah ada jas hujan? Dan ternyata tidak ada. Air membawa ingatan saya dengan sepupu saya ini saat mandi di kali Gede (sungai) dekat dengan rumah nenek. Saat itu masih banyak penduduk yang mandi dan cuci di kali. Namun saat ini karena sebagian besar sudah memiliki sumur dan pompa air di rumah masing-masing, kesimpulannya adalah sudah jarang sekali yang mandi atau cuci di kali. Hubungan saya dan dia tentu tidak selamanya baik. Pernah suatu saat kami berantem layaknya anak kecil lainnya. Saat kami sedang mandi di kali dan seluruh tubuh saya sudah bersih, Tiwi entah dengan maksud dan tujuan apa mengguyur kepala saya dengan air beserta lumpur-lumpurnya... Damn. Saya tidak terlalu ingat apa yang terjadi selanjutnya, seingat saya kakak saya mengguyur balik dia dengan lumpur dan sampai pulang ke rumah kami saling adu mulut. Saat itu usia kami sekitar 7-9 tahun.---Bersambung---