Perbincangan
ini dimulai tanpa disengaja. Ketika itu ia sedang bertugas dan aku melihatnya
sekilas. Entah pertanyaan basa-basi atau memang ingin mengetahui, ia menanyakan
hal yang sudah aku ketahui jawabannya meski ia belum bertanya. Ya aku hafal
betul pertanyaan ini,sudah ratusan orang menanyakan hal yang sama
"kelas berapa dek? Kuliah atau kerja?" tanya nya.
Aku pun berjalan dan memutuskan duduk disebelahnya.
Tanpa perlu
berfikir,karena sudah tau kata-kata apa yang akan kukeluarkan aku menjawab
"insyaallah tahun ini semoga keterima di stan"
"kapan pengumumannya?"
"pendaftarannya aja belum dibuka"
STAN yang
memang sudah terkenal,dan semakin terkenal saat kasus Gayus muncul ke permukaan
tidak membuat ratusan ribu orang menyurutkan niat mengantri berebut satu kursi
untuk menjadi mahasiswa stan.
"ga tau kenapa tahun ini sampai bulan september belum
dibuka,padahal yang tahun kemarin bulan juli udah ada. Katanya sih tinggal
nunggu sk menkeu" paparku padanya meski tak ditanya.
Aku terdiam,ia pun diam dan meneruskan aktivitas dengan
telepon pintarnya.
Gadget memang sudah merubah gaya hidup manusia. Mendekatkan
yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Aku kembali memulai pembicaraan,karena
mungkin jika aku diam saja ia akan tetap sibuk dengan handphone nya "dulu
kuliah dimana?" "di undip" akhirnya percakapan berlanjut
membahas tentang dunia perkuliahan,jurusan,alasan pilih
jurusan,universitas-universitas,dan hubungan jurusan dengan pekerjaannya dan
akhirnya ia kembali sibuk dengan handphone nya dan aku kembali sibuk dengan
pikiranku mencari ide baru untuk
dibahas.
Bulek ku datang menghampiri kami
berdua,aku pun bersiap pergi. Urusan orang dewasa,aku tidak ingin mencampuri
nya. Dan memang tujuan nya kemari adalah bertemu dengan bulek,panggilan untuk
tante dalam bahasa jawa. Ia wanita muda yang baru saja berbincang sesaat
denganku,mengenakan kaca mata dan jaket pelengkap untuk mengendari sepeda
motor. Aku suka berbincang dengannya. Bahasa indonesia yang masih tercampur
samar dengan logat jawa dan tingkat 'kenyambungan' obrolan kami yang aku rasa
cukup baik.
Baru kuketahui namanya saat ia sudah pergi meninggalkan
rumah. Udah ngobrol panjang lebar ga tau nama. Ya pikirku karena ia mengenal
bulek, aku bisa bertanya namanya dari bulek. Tadinya aku ingin meminta no telepon
genggam kepada nya langsung, namun karena saat ia hendak meninggalkan rumah ia
masih berbincang dengan bulek, ku urungkan niatku.
Keesokannya saat aku sedang membersihkan rumah, aku dimintai
tolong untuk mengirim pesan singkat padanya.
Karena jika aku yang mengetikkan pesan tersebut akan lebih
cepat. Disana aku tau nomor nya.
Aku rasa usianya seumuran dengan beberapa guru terdekatku
dan penyiar favoritku saat aku masih berada di Bandung. Antara 25-30 tahun.
Rambutnya sebahu,ia wanita muda yang anggun.
Pertanyaan pun berlanjut aku mengirim pesan padanya
"nama lengkapnya siapa?"
Ia pun membalas dan memberitahu ku.
Menurutku mengetahui nama lengkap orang yang kita kenal itu
penting. Seseorang akan senang jika kita menyebut nama nya dengan benar dan berarti
kita menghargai orang tersebut. Dan bertambah penting saat kamu mencari orang
tersebut. Ya aku pernah dikerjai oleh guruku saat mencari seorang guru kimia,bu
Euis namanya. Saat itu aku masih kelas satu SMA,saat masih baru-barunya menjadi
anak SMA. Aku belum hafal semua nama guru. Suatu ketika aku disuruh menemui bu
Euis di kantor guru,wajahnya belum ku hafal betul.
Aku berjalan menuju ruang kantor di sekolahku yang luasnya
tiga kali luas kelasku. Sesampainya di depan pintu kantor aku bertanya pada
seorang guru yang tak ku kenal "pa,ada bu Euis?"
"bu Euis yang mana? Ada banyak"
"bu Euis kimia,pa"
"ga ada bu Euis kimia mah,ada nya bu Euis Dwi, bu Euis
Adhyatnika,..." guru tersebut menyebutkan beberapa nama guru yang memiliki
penggalan nama Euis.
Aku pun mengucapkan terimakasih pada guru tersebut dengan
janji akan kembali lagi.
Aku berjalan ke mading sekolah,disana terdapat daftar nama
guru dan jadwal mengajarnya dan akhirnya aku mengetahui nama lengkap guru yang
kucari dan kembali ke kantor.
Keesokannya saat jam pelajaran bimbingan konseling,bu Irma
memberitahukan kepada seluruh siswa dikelas untuk mengetahui dulu nama lengkap
guru jika ingin mencarinya di kantor. Karena ada hampir delapan puluh guru
beserta staf. Jika tidak bersiaplah dioper atau dikerjai oleh guru lainnya.
Hp dinyalakan,dengan beberapa kali klik, aplikasi untuk
berselancar di internet telah aktif. Sebuah kalimat diketikan. Nama seseorang
yang siang tadi baru saja kutemui muncul dilayar. Dan beberapa detik kemudian
mesin pencari bernama google memberikan hasil.
Namanya muncul,daftar
teratas berasal dari situs jejaring sosial bernama facebook. Aku klik link yang
ada. Dan jeng jreng. Info nya muncul. Ia tidak banyak memberikan proteksi pada
akun facebooknya.
Aku kembali mengirim pesan pada wanita muda itu.
"lahirnya bulan november ya?"
"iya tau dari mana?"
Aku tidak segera menjawab asal muasal info yang kudapat. Aku
terus menggodanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sejenis. Bak seorang
peramal yang tau data diri orang sebelum diberitahu. Padahal di zaman serba
internet kita bisa dengan mudah mengetahui sebuah info. Satu hal dari banyak
hal yang tidak diketahui google adalah sifat dan isi hati seseorang.
Ketika aku mulai bosan mengganggunya kuberitahu bahwa
info-info itu kudapat dari internet.
Biasanya jika ada yang bertanya "tau dari mana?"
aku akan menjawab "ya tau dong kan aku terawang.hahaha. Emangnya uang
diterawang?"
Pernah suatu ketika saat aku
bertanya pada seorang mahasiswa fsrd itb yang paginya ia sedang
menjalani ospek "lagi motongin sedotan?"
"tau dari mana aku lagi motongin sedotan?"
"tau dong kan aku agen neptunus,jadi punya antena ke
radar neptunus. Sesama agen neptunus bisa tau.hhehe" saat aku menjawab
seperti itu aku sedang terpengaruh film perahu kertas yang baru tayang di
bioskop-bioskop kesayangan anda. Kebetulan aku telah menyelesaikan membaca buku
perahu kertas.
"wah jangan-jangan ada mata-mata kamu menyusup ke kosan
ku" jawabnya
Wah dia berlebihan dan kepedean nih sampai aku bela-belain
nyewa mata-mata buat tau apa yang dia lakukan. Padahal aku tau dari timeline
twitter teman-temannya sesama mahasiswa fsrd.
Suatu saat
aku akan menjadi wanita muda sepertinya. Sekarang aku seorang remaja suatu hari
aku menjadi dewasa.
Sekarang aku seorang anak suatu hari menjadi orang tua. Fase
kehidupan terus bergulir. Kita belajar dari setiap hal dalam kehidupan.
Saya menyukai pertemuan. Juga persimpangan di perjalanan yang memungkinkan hidup saya memiliki sedikit irisan dengan manusia lainnya. Sekecil apa pun, tetap saja, itu kisah tentang manusia yang saling bersitatap.
PERTEMUAN selalu menyenangkan. Saya menyukainya. Menyukai keragu-raguan ketika memutuskan untuk berbagi meja dengan orang asing. Menyukai kekikukan memulai percakapan dan menduga-duga hubungan macam apa yang kelak terbangun. Menjadi kawankah atau sekadar orang asing yang bertemu dan berbincang di perjalanan.
Saya selalu menyukai itu.
Ini bukan soal membunuh waktu. Atau perkara mendapatkan teman. Ini soal membuka diri. membiarkan sesuatu yang asing masuk dan mengejutkan saya. Juga soal keluar dari kotak nyaman, asyik dengan diri sendiri.
dari catatan Windy Ariestanty tentang pertemuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas kunjungannya....
tinggalkan jejak anda dengan berkomentar :)