Aku menghampirinya, ia
sedang memandang jauh dari lantai 2 tempat kami berada saat ini. Berdiri sambil
memegang pagar panghalang.
“kenapa?” tanyaku
“engga” jawabnya
“bukan mau bunuh diri
kan lo?” tanyaku lagi
“ya engga lah, mati
kan di tangan Tuhan. Lagian kalau aku lompat dari sini yang ada malah
luka-luka. Rugi dong gue kalau emang niatan mau bunuh diri tapi gagal”
“hahahaha. Bener banget”
“gue tuh lagi bingung.
Tapi bingung apa yang gue bingungin”
Aku terdiam sejenak
mendengar penjelasannya. Dia sendiri saja bingung dengan apa yang di bingungkan
apalagi aku.
“ah lo, bosen gue,
perasaan sering banget bilang kaya gitu. Ujung-ujungnya apa? Tetep engga cerita
kan?” kataku padanya
“ya udah tinggalin gue
sendiri dulu aja. Gue mikir dulu apa yang gue bingungin, apa yang gue
khawatirin”
“ya udah, inget jangan
bunuh diri ya.hahahaha. Lagian lo tuh keseringan mikir yang engga perlu
dipikirin. Gue ke dalem dulu” aku meninggalkannya. Menyelesaikan yang perlu
diselesaikan.
Beberapa menit setelah
aku berada di dalam terdengar isak tangis dari luar. Siapa lagi kalau bukan
sahabatku yang satu itu.
“eh kenapa? Tuh kan lo
suka ngagetin gue aja” aku menghampirinya dan duduk di sebelahnya. Ia duduk di
lantai.
Ia tetap diam dalam
tangisnya.
“ya udah tenangin diri
dulu aja. Nanti kalau pengen cerita, cerita aja engga usah sungkan. Gue yakin
lo bakal cerita kalau lo merasa perlu cerita. Emang engga semua hal perlu di
ceritai ke orang. Kadang ada yang perlu di pendem sendiri” paparku sambil
mengelus pundaknya.
Aku rasa hanya sedikit
sentuhan dan kata penenang cukup sedikit memberi kekuatan. Itu guna nya teman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas kunjungannya....
tinggalkan jejak anda dengan berkomentar :)