Berpetualanglah seluas-luasnya,menulis dan belajarlah sebanyak-banyaknya,cari pengalaman sedalam-dalamnya,bercita-citalah setinggi-tingginya,berdoa dan tawakal sesering-seringnya,kamu akan menemukan dirimu di sana

Rabu, 19 Februari 2014

Ceritalah

Aku menghampirinya, ia sedang memandang jauh dari lantai 2 tempat kami berada saat ini. Berdiri sambil memegang pagar panghalang.
“kenapa?” tanyaku
“engga” jawabnya
“bukan mau bunuh diri kan lo?” tanyaku lagi
“ya engga lah, mati kan di tangan Tuhan. Lagian kalau aku lompat dari sini yang ada malah luka-luka. Rugi dong gue kalau emang niatan mau bunuh diri tapi gagal”
“hahahaha. Bener banget”
“gue tuh lagi bingung. Tapi bingung apa yang gue bingungin”
Aku terdiam sejenak mendengar penjelasannya. Dia sendiri saja bingung dengan apa yang di bingungkan apalagi aku.
“ah lo, bosen gue, perasaan sering banget bilang kaya gitu. Ujung-ujungnya apa? Tetep engga cerita kan?” kataku padanya
“ya udah tinggalin gue sendiri dulu aja. Gue mikir dulu apa yang gue bingungin, apa yang gue khawatirin”
“ya udah, inget jangan bunuh diri ya.hahahaha. Lagian lo tuh keseringan mikir yang engga perlu dipikirin. Gue ke dalem dulu” aku meninggalkannya. Menyelesaikan yang perlu diselesaikan.
Beberapa menit setelah aku berada di dalam terdengar isak tangis dari luar. Siapa lagi kalau bukan sahabatku yang satu itu.
“eh kenapa? Tuh kan lo suka ngagetin gue aja” aku menghampirinya dan duduk di sebelahnya. Ia duduk di lantai.
Ia tetap diam dalam tangisnya.
“ya udah tenangin diri dulu aja. Nanti kalau pengen cerita, cerita aja engga usah sungkan. Gue yakin lo bakal cerita kalau lo merasa perlu cerita. Emang engga semua hal perlu di ceritai ke orang. Kadang ada yang perlu di pendem sendiri” paparku sambil mengelus pundaknya.

Aku rasa hanya sedikit sentuhan dan kata penenang cukup sedikit memberi kekuatan. Itu guna nya teman.

Pencapaian- Flash Fiction

     Aku berdiri dari kursi berwarna putih. Putih nya berasal dari kain yang dibalutkan untuk menutupi seluruh bagiannya. Tak tau bagaimana bentuk aslinya. Cantikkah bentuknya atau biasa saja hanya si kain yang tau. Yang kami tau dari kursi itu hanya indah. Iya, indah di pandang seperti yang biasa aku lihat di televisi saat sebuah acara di gelar di hotel mewah. Kini aku dapat merasakannya. Ku langkahkan kakiku ke depan. Berjalan menuju satu titik di atas panggung. Semua mata tertuju pada ku saat itu, aku menjadi pusat perhatian.
“Selamat atas pencapaian anda bu,sungguh luar biasa dapat melebihi target” Pa Teguh sebagai Direktur Utama perusahaan tempatku bekerja, menyalamiku mengucapkan selamat sembari memberi piagam penghargaan. Sejenak kami bertiga berfoto bersama. Aku, Pa Teguh dan kertas tanda penghargaan itu.
     Beberapa saat kemudian MC mengatakan “ tentunya dari sebuah keberhasilan seseorang ada orang di balik layar yang mendukungnya. Saya persilakan kepada Bapak Hari untuk ke depan”
Aku cukup terkejut, tak ku sangka ia hadir di sini. Terima kasih cinta. Suami sekaligus rekan dan sahabat yang selalu ada di sampingku. Mendukung sepenuh hati hingga satu lagi pencapaian dalam hidupku dapat terjadi. Menutupi kekuranganku dengan kelebihanmu. Sama seperti kain putih indah nan lembut yang menutupi kekurangan si kursi yang tidak menunjukkan kelembutannya karena sudut-sudut kursi itu.