Berpetualanglah seluas-luasnya,menulis dan belajarlah sebanyak-banyaknya,cari pengalaman sedalam-dalamnya,bercita-citalah setinggi-tingginya,berdoa dan tawakal sesering-seringnya,kamu akan menemukan dirimu di sana

Minggu, 30 September 2012

Hobi Juga Terpengaruh Oleh Gen ?

       Apakah hobi seseorang juga terpengaruh oleh gen alias faktor keturunan?
Mungkin iya,mungkin juga tidak.
Iya, karena banyak di antara orang-orang di sekitar kita yang mewarisi hobi orang tuanya seperti hobi bermusik. Sebut saja salah seorang teman saya,menurut saya ia mewarisi hobi sekaligus bakat ayahnya yang jago menggambar dan bermain gitar. Ayahnya bekerja sebagai desain interior. Ia teman saya yang bisa diandalkan untuk mengiringi teman-teman lainnya yang bernyanyi dengan gitarnya. Bisa jadi itu faktor gen,bisa juga karena faktor lingkungan. Faktor lingkungan karena sejak kecil ia terbiasa dikelilingi hal yang berbau seni.
Tapi ada yang ayah atau ibu nya memiliki hobi memancing yang artinya bisa sabar menunggu hasil pancingan kok anaknya punya hobi di bidang fotografi dan balapan motor yang berarti tidak sabar karena ingin cepat sampai?
Inilah kemungkinan contoh lain tentang faktor lingkungan. Bisa saja anak tersebut sering bermain atau dekat dengan temannya yang juga memiliki hobi yang sama. Pada awalnya ia hanya memerhatikan, lambat laun tertarik dan lama kelamaan dijadikan hobi atau bahkan ladang penghasilan.
Baiklah saudara-saudara itu sedikit analisa saya.hhehe...
Kenapa saya membahas hal ini?
Untuk kesekian kalinya tulisan saya akan menyenggol yang namanya radio,setelah cerpen pertama saya di blog ini,tulisan berjudul Suaramu pengenalmu,buku-setrika-radio,dan mungkin beberapa tulisan lainnya.
TER-NYATA (dibaca ala presenter gosip investigasi) kebiasaan saya mendengarkan radio juga karena faktor keturunan.hhehe..
masa sih kaya gitu aja faktor keturunan?
engga percaya? yuk kita simak pohon keluarga saya.
Ayah dari ibu saya yang artinya adalah kakek saya senang mendengar radio. Yang didengarkan tentu berbeda dengan saya. Kakek saya biasa mendengar wayang,atau siaran berbahasa jawa tapi terkadang juga lagu masa kini. Beliau biasanya mendengar di malam hari atau saat beliau beristirahat di kamarnya, dengan volume yang cukup tinggi. Hal ini baru saya ketahui belakangan ini saat saya tinggal di kediaman keluarga besar lebaran kemarin.
Kebiasaan ini diturunkan ke kakak perempuan mama saya alias bibi saya. Biasa kami (keponakan-keponakannya) panggil Bude (panggilan bibi dalam bahasa jawa). Beliau anak kedua dari kakek saya. Sebenarnya kebiasaan bude berasal dari temannya yang senang on air di radio (berdasarkan informasi yang di dapat dari anaknya/sepupu saya). Bude biasa mendengar program musik dangdut atau populer masa kini. Saat telepon dan berhasil on air beliau akan menyebut namanya diikuti nama rumah makannya. Bude memang memiliki rumah makan dan bisa dibilang saat beliau on air selain request lagu dan salam-salam, juga sekaligus promosi rumah makannya.
Terakhir kebiasaan itu diturunkan pada saya. Bedanya saya mendengar sekaligus mempelajari cara mereka.
Demikian garis merah radio dari kakek,bude,lalu ke saya. Sebenarnya keluarga saya yang lain juga kadang mendengar radio seperti paman dan om saya,saat menyetir mereka mendengar radio atau mp3 dalam mobil. Ketika bersih-bersih rumah kakak saya menyalakan radio dengan suara yang sangat kencang dan beberapa contoh lainnya. Hanya saja secara kuantitas memang kami (kakek,bude,saya) lebih sering.
Ah itu kebetulan aja mer! Ya mungkin memang kebetulan belaka.
Dari faktor-faktor yang telah disebutkan di atas ada lagi faktor yang paling penting yaitu faktor hati.hhehe.
Ada seseorang yang hobi pada sesuatu karena memang ia menyukainya padahal orang tua dan orang-orang disekelilingnya tidak memberikan pengaruh pada hobi nya. Anda tentu pernah melihat teman anda atau bahkan anda sendiri yang mengalaminya, ditentang hobi oleh keluarga dan teman karena beberapa alasan atau bahkan tanpa alasan. Tapi karena keinginan kuat untuk menjalani hobi tersebut ia tetap menjalankannya dengan sepenuh hati. Misal seseorang hobi melukis dan memiliki bakat serta ingin menjadikan dirinya sebagai pelukis profesional namun keluarga melarang karena menjadi pelukis bukan pekerjaan yang menjamin masa depannya (seperti tokoh keenan dalam novel perahu kertas). Dengan tekad kuat ia bisa menjadi pelukis terkenal dengan penghasilan tinggi.
 
Selama hobi tersebut positif dan dapat menghibur hati serta kita merasa senang tak ada salahnya tetap menjalani nya. Semua kembali pada diri kita untuk memilih. Seperti saya yang suka menulis tetapi belum menjadikannya sebagai profesi dan untuk hobi saya yang satu ini mungkin bukan faktor gen karena tidak ada satu pun keluarga besar saya yang senang menulis.
Selamat menikmati hobi anda selagi bisa dan salam semangat ^_^  

Jumat, 14 September 2012

Awal Mula

            Perbincangan ini dimulai tanpa disengaja. Ketika itu ia sedang bertugas dan aku melihatnya sekilas. Entah pertanyaan basa-basi atau memang ingin mengetahui, ia menanyakan hal yang sudah aku ketahui jawabannya meski ia belum bertanya. Ya aku hafal betul pertanyaan ini,sudah ratusan orang menanyakan hal yang sama
"kelas berapa dek? Kuliah atau kerja?" tanya nya.
Aku pun berjalan dan memutuskan duduk disebelahnya.
 Tanpa perlu berfikir,karena sudah tau kata-kata apa yang akan kukeluarkan aku menjawab
"insyaallah tahun ini semoga keterima di stan"
"kapan pengumumannya?"
"pendaftarannya aja belum dibuka"
             STAN yang memang sudah terkenal,dan semakin terkenal saat kasus Gayus muncul ke permukaan tidak membuat ratusan ribu orang menyurutkan niat mengantri berebut satu kursi untuk menjadi mahasiswa stan.
"ga tau kenapa tahun ini sampai bulan september belum dibuka,padahal yang tahun kemarin bulan juli udah ada. Katanya sih tinggal nunggu sk menkeu" paparku padanya meski tak ditanya.
Aku terdiam,ia pun diam dan meneruskan aktivitas dengan telepon pintarnya.
Gadget memang sudah merubah gaya hidup manusia. Mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Aku kembali memulai pembicaraan,karena mungkin jika aku diam saja ia akan tetap sibuk dengan handphone nya "dulu kuliah dimana?" "di undip" akhirnya percakapan berlanjut membahas tentang dunia perkuliahan,jurusan,alasan pilih jurusan,universitas-universitas,dan hubungan jurusan dengan pekerjaannya dan akhirnya ia kembali sibuk dengan handphone nya dan aku kembali sibuk dengan pikiranku mencari ide  baru untuk dibahas.
              Bulek ku datang menghampiri kami berdua,aku pun bersiap pergi. Urusan orang dewasa,aku tidak ingin mencampuri nya. Dan memang tujuan nya kemari adalah bertemu dengan bulek,panggilan untuk tante dalam bahasa jawa. Ia wanita muda yang baru saja berbincang sesaat denganku,mengenakan kaca mata dan jaket pelengkap untuk mengendari sepeda motor. Aku suka berbincang dengannya. Bahasa indonesia yang masih tercampur samar dengan logat jawa dan tingkat 'kenyambungan' obrolan kami yang aku rasa cukup baik.
Baru kuketahui namanya saat ia sudah pergi meninggalkan rumah. Udah ngobrol panjang lebar ga tau nama. Ya pikirku karena ia mengenal bulek, aku bisa bertanya namanya dari bulek. Tadinya aku ingin meminta no telepon genggam kepada nya langsung, namun karena saat ia hendak meninggalkan rumah ia masih berbincang dengan bulek, ku urungkan niatku.

             Keesokannya saat aku sedang membersihkan rumah, aku dimintai tolong untuk mengirim pesan singkat padanya. 
Karena jika aku yang mengetikkan pesan tersebut akan lebih cepat. Disana aku tau nomor nya.

             Aku rasa usianya seumuran dengan beberapa guru terdekatku dan penyiar favoritku saat aku masih berada di Bandung. Antara 25-30 tahun.
Rambutnya sebahu,ia wanita muda yang anggun.
Pertanyaan pun berlanjut aku mengirim pesan padanya
"nama lengkapnya siapa?"
Ia pun membalas dan memberitahu ku.
Menurutku mengetahui nama lengkap orang yang kita kenal itu penting. Seseorang akan senang jika kita menyebut nama nya dengan benar dan berarti kita menghargai orang tersebut. Dan bertambah penting saat kamu mencari orang tersebut. Ya aku pernah dikerjai oleh guruku saat mencari seorang guru kimia,bu Euis namanya. Saat itu aku masih kelas satu SMA,saat masih baru-barunya menjadi anak SMA. Aku belum hafal semua nama guru. Suatu ketika aku disuruh menemui bu Euis di kantor guru,wajahnya belum ku hafal betul.
Aku berjalan menuju ruang kantor di sekolahku yang luasnya tiga kali luas kelasku. Sesampainya di depan pintu kantor aku bertanya pada seorang guru yang tak ku kenal "pa,ada bu Euis?"
"bu Euis yang mana? Ada banyak"
"bu Euis kimia,pa"
"ga ada bu Euis kimia mah,ada nya bu Euis Dwi, bu Euis Adhyatnika,..." guru tersebut menyebutkan beberapa nama guru yang memiliki penggalan nama Euis.
Aku pun mengucapkan terimakasih pada guru tersebut dengan janji akan kembali lagi.
Aku berjalan ke mading sekolah,disana terdapat daftar nama guru dan jadwal mengajarnya dan akhirnya aku mengetahui nama lengkap guru yang kucari dan kembali ke kantor.
Keesokannya saat jam pelajaran bimbingan konseling,bu Irma memberitahukan kepada seluruh siswa dikelas untuk mengetahui dulu nama lengkap guru jika ingin mencarinya di kantor. Karena ada hampir delapan puluh guru beserta staf. Jika tidak bersiaplah dioper atau dikerjai oleh guru lainnya.

              Hp dinyalakan,dengan beberapa kali klik, aplikasi untuk berselancar di internet telah aktif. Sebuah kalimat diketikan. Nama seseorang yang siang tadi baru saja kutemui muncul dilayar. Dan beberapa detik kemudian mesin pencari bernama google memberikan hasil.
 Namanya muncul,daftar teratas berasal dari situs jejaring sosial bernama facebook. Aku klik link yang ada. Dan jeng jreng. Info nya muncul. Ia tidak banyak memberikan proteksi pada akun facebooknya.
Aku kembali mengirim pesan pada wanita muda itu.
"lahirnya bulan november ya?"
"iya tau dari mana?"
Aku tidak segera menjawab asal muasal info yang kudapat. Aku terus menggodanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang sejenis. Bak seorang peramal yang tau data diri orang sebelum diberitahu. Padahal di zaman serba internet kita bisa dengan mudah mengetahui sebuah info. Satu hal dari banyak hal yang tidak diketahui google adalah sifat dan isi hati seseorang.
Ketika aku mulai bosan mengganggunya kuberitahu bahwa info-info itu kudapat dari internet.
Biasanya jika ada yang bertanya "tau dari mana?" aku akan menjawab "ya tau dong kan aku terawang.hahaha. Emangnya uang diterawang?"
Pernah suatu ketika saat aku  bertanya pada seorang mahasiswa fsrd itb yang paginya ia sedang menjalani ospek "lagi motongin sedotan?"
"tau dari mana aku lagi motongin sedotan?"
"tau dong kan aku agen neptunus,jadi punya antena ke radar neptunus. Sesama agen neptunus bisa tau.hhehe" saat aku menjawab seperti itu aku sedang terpengaruh film perahu kertas yang baru tayang di bioskop-bioskop kesayangan anda. Kebetulan aku telah menyelesaikan membaca buku perahu kertas.
"wah jangan-jangan ada mata-mata kamu menyusup ke kosan ku" jawabnya
Wah dia berlebihan dan kepedean nih sampai aku bela-belain nyewa mata-mata buat tau apa yang dia lakukan. Padahal aku tau dari timeline twitter teman-temannya sesama mahasiswa fsrd.

         Suatu saat aku akan menjadi wanita muda sepertinya. Sekarang aku seorang remaja suatu hari aku menjadi dewasa.
Sekarang aku seorang anak suatu hari menjadi orang tua. Fase kehidupan terus bergulir. Kita belajar dari setiap hal dalam kehidupan.





Saya menyukai pertemuan. Juga persimpangan di perjalanan yang memungkinkan hidup saya memiliki sedikit irisan dengan manusia lainnya. Sekecil apa pun, tetap saja, itu kisah tentang manusia yang saling bersitatap.


PERTEMUAN selalu menyenangkan. Saya menyukainya. Menyukai keragu-raguan ketika memutuskan untuk berbagi meja dengan orang asing. Menyukai kekikukan memulai percakapan dan menduga-duga hubungan macam apa yang kelak terbangun. Menjadi kawankah atau sekadar orang asing yang bertemu dan berbincang di perjalanan. 

Saya selalu menyukai itu.

Ini bukan soal membunuh waktu. Atau perkara mendapatkan teman. Ini soal membuka diri. membiarkan sesuatu yang asing masuk dan mengejutkan saya. Juga soal keluar dari kotak nyaman, asyik dengan diri sendiri.
  dari catatan  Windy Ariestanty tentang pertemuan

Salah Siapa?




Ingin rasanya melampiaskan kekesalan ini
Tetapi, tak tahu harus pada siapa
Atas keadaan yang sepertinya telah menjadi budaya
Di negeri ku tercinta
Indonesia

Peristiwa  ini terjadi dimana-mana
bahkan di sudut kota
Mobil,motor,dan kendaraan lainnya
Saling berebut jalan
Ingin cepat sampai tujuan

Jalanan tak kuasa lagi menampung kendaraan yang ada
Yang setiap hari melintasinya
Kendaraan menjadi penuh sesak di jalanan
Klakson pun berbunyi beriringan
Tak sabar ingin melanjutkan perjalanan

Membuang waktu di  jalanan jadinya
Menunggu  giliran untuk menjalankan kendaraan

Salah siapa?
Mungkinkah pemerintah yang tak peduli
Pada keadaan yang terjadi
Karena terlalu sibuk mencari uang untuk di korupsi

Atau mungin kita yang tak sadar
Atas  perbuatan kita yang sudah menyalahi aturan
Menyuguhkan polusi di bumi ini
Padahal kita pula yang akan merugi

Mungkin waktu yang bisa menjawabnya
Sampai kapan semua ini terjadi


Meriza Lestari
             ditulis di angkutan umum sepulang sekolah ditemani rintik hujan dan kemacetan
             01 November 2011 untuk tugas bahasa tanggal 02 November 2011

Mereka Sebut Dukuh

Aku berada dalam sebuah hunian yang jauh dari keramaian 


Bukan berarti aku tinggal di tengah hutan tanpa sosialisasi dan menjadikanku primitif 


Namun di sebuah lingkungan yang udara segarnya akan kau hirup setiap paginya 


Yang hijaunya dedaunan akan menyejukkan mata sejauh apapun memandang 


Yang suara-suara alamnya menyapamu dan menenangkan jiwa yang risau
Yang hasil buminya dapat kau nikmati saat kau ingin 


Yang asap dari tungkunya akan semerbak menyebar ke penjuru rumah saat aktifitas dapur berlangsung 


Yang aroma rumput basah dan tanah yang tersentuh hujan dapat kau cium 


Yang kemacetannya takkan kita jumpai 


Yang suatu hari akan ku rindu 


Yang mereka sebut dukuh